Perkenalan
Disini
dimulai cerita ini, aku baru saja terdaftar menjadi salah seorang siswa disalah
satu sekolah favorit dikotaku itu. Aktivitas kegiatan sekolah baruku ini, mulai
kurasakan dari kesibukan tugasnya, pelajarannya, ekstranya bersama kompoltan
yang prilaku sedikit ngeleneh. Aku bersama komplotanku itu kami hanya bermain,
jalan-jalan entah kemana yang penting bagi kami saat itu adalah yang penting
happy sesuai dengan aturan Desta, Sibuk kesana kemari mencari yang tak pasti.
Terkadang aku sempat berpikiran apakah sebenarnya arti seorang sahabat itu? Aku
belum bisa menjawabnya sekarang nanti akan kujelaskan..
Pada
suatu saat aku duduk termenung sendiri depan kelasku sambil melihat langit
berserta awan yang perlahan bergerak mengikuti arah angin. Namun pada saat itu
juga kawan lama saat masih berpakaian putih-biru menghampiri yang sempat
membuat jantung hamper copot dan ia lansung pergi begitu saja, dan aku kembali
ke aktivitas semula duduk termenung melihat awan bergerak. Mungkin disini aku
mulai melihatnya, saat duduk dia bersama teman sekelasnya itu datang ke
kelasku. Aku tidak tahu apakah ini yang disebutkan sang raja dangdut pandangan
pertama, aku tidak ingin tentang itu. Lalu akan hanya menyimpan dan mengingat
namanya saja dengan ku panggil dengan sebutan WALLIS. Seiring berjalannya waktu
aku yang ingin berjabat-tangan dengannya belum pernah kesampaian, lalu aku
memutar otak, bagaimana aku bisa berjabat-tangan dengannya. Syukur saja aku
memiliki teman yang sekelas dengan dirinya. disini aku mulai meminta nomor
telpon gengamnya itu, namun apa yang terjadi aku tidak memiliki keberanian
untuk memulai percakapan dengannya. Setiap waktu jam istirahat aku selalu
berusaha melewati kelas dia sambil memantau keberadaannya dikelas itu, hanya
saja aku belum bisa melihatnya dengan jelas aku menyematkan diriku sendiri
“mungkin belum waktunya”.
Seiring
berputarnya bumi pada porosnya aku sedikit demi sedikit mengumpulkan
keberanianku untuk mengatakan bahwa aku ingin menjadi temannya. Mulai dari
membaca primbonlah, permainan yang ada dimedia social dengan kecocokan, sampai
tebak-tebakkan nama. Walaupun ku tahu itu hanya mitos belaka, dan akhirnya aku
telah menyisingkan bajuku, mengencangkan ikat pinggangku berserta ikat kepalaku
untuk menjadi seorang pemberani dihadapanya. Akhirnya jam pulang sekolah tiba
yang kutunggu-tunggu dari tadi, dan aku sudah siap untuk mengatakan bahwa aku
ingin berteman dengannya walaupun tak ada seorangpun yang mengetahui tentang
diriku dan dirinya itu. Berjalan secara perlahan tapi pasti aku mulai
mendekatinya, namun apa yang terjadi seorang kakak kelasku sudah menunggu
dirinya pulang, dan mereka berjalan bersama pulang. Engkau tahu kawan bagaimana
rasanya jika bernasib seperti aku.. rasa kecewa berbalut luka. Inilah diri saat
itu pria pengecut, penakut untuk mengatakan yang mudah bagi orang yang telah
terbiasa mengatakan ingin berteman lalu berjabat tangan. Akhirnya aku hanya
bisa menunggu kapan bisa berjabat tangan dengannya. Aku selalu mewanti-wanti
akun media sosialnya melihat status hubungannya. Namun rasa yang sama kurasakan
saat ku melihat bersama abangnya itu, dan akhirnya aku naik ke tingkat lebih
tinggi dengan predikat terbaik walaupun itu dikelasku saja, namun aku cukup
berbangga diri diantara kaum adamku dikelasku itu.
Namun apa yang terjadi seperti kata
para pepatah pucuk dicinta ulampun tiba atau kesabaran adalah kemenangan
sejati, akhirnya berita bahagia menhampiriku walaupun ku tahu itu berita duka
baginya. Dia dan kakaknya itu tidak berhubungan yang lebih, namun aku masih
saja menjadi pria penakut. Akhirnya aku berinisiatif untuk mengatakan hal yang
telah lama ingin kukatakan dan aku hanya mengirim sebuah pesan singkat tanpa
memiliki makna arti sendiri dengan isi pesanya berupa (.) ya tanda titik yang
tidak memiliki arti apa-apa lalu ia hanya membalas dengan tanda (?) dan aku
hanya membalas dengan tanda (!). seiring berjalannya waktu akhir aku ketahuan
juga. Aku sudah merasa dekat dengannya namun apa yang terjadi aku masih belum
berani bertemu lansung dengan dirinya. lalu ada berita bahwa ia mengikuti
sebuah perlombaan kesenian didaerahku itu dan berangkat menuju daerah ibukota
diprovinsiku itu, dan ia tahu apa yang mata pelajaran yang paling tidakku
sukai, ia memberikan sebuah buku dengan nama yang aneh bagiku. Lalu aku berjalan
untuk mengambil buku itu. Dan aku belum sempat berjabat tangan dengannya, lalu
kedokkupun ketahui oleh orang-orang disana termasuk guruku sendiri dan ia
mengatakan “katakana apa yang ingin kau katakana” seperti ia menjelaskan pada.
Dengan badan yang tegap aku berjalan mendekatinya dengan keberanian yang
semaksimal mungkin, aku menghampirinya lalu aku hanya berdiam diri, selama 20
menit aku disana aku hanya mengatakan “maukah engkau menjadi temanku?” dan
jawabnya yang masih terniang diingatkan hanya “kita jalani saja” dan akhirnya
aku berjalan pulang bersamanya dengan cuaca yang gerimis saat itu dan akupun
mulai kenal dengan teman impianku ini SALAM KENAL WALLIS…