|
Sawahan
Jaya. Selasa, 19 Juni 2018
Selasa, 19 Juni 2018. Lebaran Idul Fitri yang
berlansung (15/06/2018) di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh dilanda
dengan cuaca hujan disertai dengan angin kencang. Tepat sehari sebelum
pelaksanaan sholat IED hujan melanda seluruh wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota
Sungai Penuh. Sehingga menyebabkan adanya salah satu pohon di sekitar tower penyaluran listrik PLN mengalami
roboh. Disamping, telah terjadi pencurian penyangga tower di Baiarun dengan adanya angin kencang tersebut menyebabkan
Kota Sungai Penuh dan Kabupten Kerinci mengalami pedamanan listrik selama 4
hari 4 malam terhitung mulai dari tanggal 14 sampai dengan tanggal 18 Juni
2018. Dengan kondisi ini kebanyakan masyarakat Kota Sungai Penuh dan Kabupaten
Kerinci sulit mendapatkan akses listrik dan melempuhkan aktivitas yang
berhubungan dengan sumber daya listrik. Seperti tidak kosong baterai ponsel,
laptop, dan alat elektronik lainnya. Masyarakat berbondong-bondong untuk
membeli ganset untuk memenuhi
kebutuhan listrik mereka, sampai-sampai habisnya stock lilin untuk dijual.
Namun, dengan kondisi yang demikian tidak
menyurutkan semangat masyarakat Kerinci untuk menunaikan Ibadah Sholat Idul
Fitri dan berkunjung untuk silahraturrahim. Masyararakat empat Desa Koto
Majidin menunaikan ibadah Sholat Idul Fitri di lapangan sepakbola IPPKM dengan
suasana hujan gerimis dan listrik yang padam. Sholat Idul Fitri memang terasa
serba manual. Menggunakan kemampuan dan pengolahan dari Imam, Khatib dan Bilal
agar jamaah sholat Idul Fitri dapat mendengar lantunan ayat Suci Al-Qur’an dan
isi ceramah Khatib.
Kondisi di lingkungan penulis, dimana ayah dari
penuhlis diamanahkan sebagai Khatib di Negeri Koto Majidin mudik. Selama pulang
dari Semarang penulis banyak membantu ayah dalam proses penyusunan, pengeditan,
dan pengolahan isi khutbah yang akan dibaca ketika Sholat Idul Fitri.
Ayah penulis sangat semangat sekali dalam menyusun
kata-kata untuk dapat tampil dihari (H). setelah itu berlatih intonasi dalam
menyampaikan, agar audiensi dapat mencerna dan memahami apa saja isi didalam
khutbah agar dapat di ambil ibrohnya.
Adik penulis juga tak kalah untuk mempersiapkan agar ayahanda tampil prima di
hari H. adik penulis mempersiapkan tongkat untuk khutbah mulai dari pengukir
tongkoh hingga mengecat tongkoh tersebut agar terlihat indah.
Untuk baju jubbah telah disiapkan oleh Ibunda dengan
meminjamkan kepada bibi ibu uni Rima. Acara pelepesan khutbah dilaksanakan di
koto dili. Dalam persiapan ini kami, bangun jam 5 dan berangkat pada pukul 5.50
sudah sampai di lokasi, dengan cuaca mendung dan gerimis, teganai dan orang
adat mengunjungi rumah tersebut. Berjalan dari koto dili menuju ke lapangan
IPPKM dengan cuaca gerimis dan jalan yang terkenang hingga sampai ke lapangan
IPPKM.
Kondisi lapangan IPPKM sudah terasa becek, namun
bisa digunakan untuk Sholat. Tapi terdapat masalah yaitu ganset yang biasa digunakan tidak dapat difungsikan sehingga
membuat beberapa jamaah Sholat Idul Fitri kecewa. Akhirnya solusi yang pilih
adalah tetap melaksanakan sholat Idul Fitri dilapangan tanpa menggunakan
penggeras suara. Alhamdullilah setelah 10 menit kemudian listrik kembali bisa
di operasikan sehingga dapat menggunakan penggeras suara kembali. Sehingga yang
awalnya masyarakat berniat untuk meninggalkan lapangan kembali lapangan dan
mendengarkan khutbah Idul Fitri.
Hikmah dari kejadian ini perlu adanya persiapan yang
matang sebelum bertempur. Mulai persiapan akomodasi, kondisi cuaca, pelayanan
public dan sebagainya. Jangan terlalu memaksakan kehendak dan jangan salah niat
dalam beribadah. Sempat ada isu bahwa rangkaian Sholat Idul Fitri dengan acara
nyanyian untuk menghibur orang rantauan. Sehingga penulis mengambil kesimpulan
bahwa niat agama yang dicampurkan dengan perkara yang syubhat akan membawa
mudhorat kepada kita. Maka janganlah sekali-kali berbuat demikian.
Demikian yang dapat saya laporkan dalam rangkain
Idul Fitri 2018/ 1439 H dan Semoga Kita dipanjang umur dan kesehatan untuk
dapat berjumpa di Ramadhan kedepannya. Aamiin ya rabbal’alamin.