Menu

Minggu, 30 Maret 2014

Cerita Si Bowen

Ceritanya Si Bowen
Reaksi Bowen Series

Gambar Reaksi Bowen Series

Reaksi Bowen series ini adalah salah satu parameter untuk menentukan proses terbentuknya batuan beku , yang dimana  reaksi ini merupakan pembagian komposisi mineral yang terdapat di dalam batuan beku tersebut sesuai dengan tekanan dan temperature pembentukannya. Reaksi ini terbagi atas dua jenis yakni deret diskontinueos dan deret kontinues, deret discontinuous ini adalah deret dengan  komposisi kimianya tidak ikut serta didalam perombakan  untuk proses tahapan mineral selanjutnya, sedangkan deret kontinus komposisi kimianya ikut serta didalam perubahan dan perombakan mineral berikutnya. Mineral-mineral pada reaksi bowen series ini adalah mineral utama didalam keterdapatan pada batuan beku dan mempengaruhi dalam sifat kimia serta penamaan didalam bbatuan beku tersebut
Proses pembentukan mineral pada reaksi bowen series pada temperature yang tinggi yakni 12000C dan tekanan yang tinggi hal ini disebabkan oleh adanya gaya konveksi dari core bumi sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan magma. Dengan pergerakan itu karena magma yang memiliki visikositas yang sangat tinggi. Dengan gaya konveksi itu tadi secara otomatis magma akan mencari celah untuk bisa mengisi ruang yang kosong, dengan mengisi ruang yang kosong itu magma akan mengalami pendinginan magma (diferensiasi magma) dan disinilah asal-mulanya terbentuknya mineral. Mineral yang pertama kali terbentuk adalah mineral olivine yang mewakili mineral discontinuous dan mineral Ca-Plagioklas mineral ini terbentuk pada temperature yang sangat tinggi berkisar antara 1400oC – 1200oC dengan tekanan yang tinggi juga sehingga terjadinya padatan yang membentuk mineral tersebut, karena magma memiliki sifat visikositas yang tinggi karena kerterdapatan sifat basa yang kuat sehingga mineral terbentuk juga memiliki sifat magma yang sifat sangat basa juga (Ultramafic). Magma terus-menerus mengalami pendinginan sehingga kandungan  basanya makin berkurang dari sebelumnya sehingga terbentuklah mineral piroksen yang kenampakan mineralnya hamper sama dengan olivine hanya saja piroksen lebih tabular, sedangkan perwakilan dari deret continues adalah mineral labrodorit dan andesit yang kenampakan hamper sama dengan mineral sebelumnya. Ketiga  mineral ini terbentuknya pada temperature yang hampir sama yang berkisar antara 1000oC – 900oC. Lalu terus-menerus magma mengalami pendinginan dengan kandungan basanya makin berkurang dan mulai muncul magma yang bersifat asam dari pergerakan tektonik dari lembang benua yang memiliki sifat asam yang sangat kuat, dan disini muncul mineral intermediet contoh dari deret discontinuous ada mineral amphibol dan biotitic dan deret kontinusnya ada mineral oligoklas dan albit. Pada saat magma mengalami pergerakan dari gaya konveksi akibatnya terjadilah pergerakan tektonik sehingga magma terjadinya percampuran magma yang dimana magma yang berasal dari core bumi yang bersifat basa sedangkan magma yang berada dekat dengan lempeng benua bersifat asam, munculah magma yang bersifat intermediet itu yang sering disebut andesitik

. Pendinginan magma terus berlanjut sehingga magma makin basa berkurang dan terbentuklah mineral yang memiliki sifat unsur asam lebih dominan. Pada temperature 700o C-600oC dan tekanan masih tinggi, maka kedua deret ini bersama-sama mengalami perombakan dan menyatu sehingga kandungan kimianya memiliki kesamaan akhirnya terbentuklah mineral golongan mika yakni mineral yang memiliki sifat seperti kaca contoh mineral potassium feldspar dan muskovit dan pada akhirnya membentuk mineral yang sangay kuat dan sangat resisten adalah mineral kuarsa, mineral kuarsa ini adalah mineral yang banyak terdapat didalam batuan beku yang ciri-ciri bewarna bening dengan kekerasannya 7 skala mohs (lihat table skala mohs), nah begitulah perjalanan terbentuknya mineral. Yang diceritan si bowen ini